Peradaban Kuno Lembah Indus di Mohenjo-Daro: Kejayaan Awal Perkotaan Asia Selatan
Mohenjo-Daro adalah pusat peradaban Lembah Indus yang mengungkap kecanggihan sistem kota, drainase, dan arsitektur pada 2600 SM. Pelajari warisan budaya dan teknologi awal manusia dari salah satu situs arkeologi tertua di dunia.
Di antara sungai-sungai besar Asia Selatan, tepatnya di tepi Sungai Indus yang kini terletak di wilayah Pakistan modern, berdiri sisa-sisa salah satu peradaban paling kuno dan canggih dalam sejarah manusia: Peradaban Lembah Indus, dengan Mohenjo-Daro sebagai salah satu pusat kota utamanya. Didirikan sekitar 2600 SM, Mohenjo-Daro mencerminkan tingkat peradaban yang menakjubkan pada masanya, dengan sistem tata kota, sanitasi, dan arsitektur yang jauh mendahului banyak peradaban kontemporernya seperti Mesir Kuno dan Mesopotamia.
Penemuan dan Signifikansi Arkeologis
Mohenjo-Daro ditemukan kembali pada awal abad ke-20 oleh arkeolog India, R.D. Banerji, dalam penggalian yang dilakukan oleh Lembaga Survei Arkeologi India (ASI). Penemuan ini mengejutkan dunia karena memperlihatkan bahwa sudah ada sistem perkotaan kompleks ribuan tahun sebelum Masehi di Asia Selatan. Situs ini kemudian ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1980 karena nilai sejarah dan arsitekturnya yang luar biasa.
Nama “Mohenjo-Daro” sendiri berarti “Bukit Orang Mati” dalam bahasa Sindhi, merujuk pada banyaknya artefak dan struktur yang mengindikasikan kehidupan sosial yang besar dan beragam.
Sistem Perkotaan yang Canggih
Salah satu aspek paling menonjol dari Mohenjo-Daro adalah tata kota yang terorganisir. Kota ini dibangun dengan sistem grid (kotak-kotak) yang presisi, dengan jalan-jalan lurus dan lebar serta perumahan yang tersusun secara sistematis. Bangunan-bangunan dibuat dari batu bata bakar berukuran seragam—standarisasi yang menunjukkan tingkat perencanaan tinggi.
Yang paling mengagumkan adalah sistem drainase dan sanitasi kota. Setiap rumah dilengkapi dengan saluran air limbah yang terhubung ke jaringan pembuangan utama di jalan. Bahkan, ditemukan toilet dan sumur pribadi, yang jarang ditemukan pada peradaban seumuran. Di tengah kota, terdapat struktur besar yang dikenal sebagai Great Bath, yang diyakini sebagai fasilitas umum untuk keperluan ritual atau sosial, menunjukkan pentingnya kebersihan dan kehidupan bersama di masyarakat Indus.
Struktur Sosial dan Budaya Material
Berbeda dari banyak peradaban kuno yang memiliki istana raja atau kuil megah, Mohenjo-Daro tidak memperlihatkan bukti yang jelas akan keberadaan kelas penguasa atau keagamaan yang dominan. Hal ini menimbulkan teori bahwa masyarakat Lembah Indus mungkin memiliki struktur sosial yang lebih egaliter dibandingkan dengan Mesir atau Sumeria.
Artefak seperti patung pendeta raja, perhiasan emas dan batu mulia, serta segela (segel tanah liat) yang dihiasi simbol-simbol Indus menunjukkan kehidupan budaya dan ekonomi yang dinamis. Segel-segel tersebut kemungkinan digunakan untuk kegiatan perdagangan, yang mengindikasikan bahwa Mohenjo-Daro memiliki hubungan dagang luas, termasuk dengan wilayah Mesopotamia.
Bahasa dan Misteri Tulisan Indus
Salah satu aspek paling misterius dari peradaban ini adalah sistem tulisan Indus yang belum berhasil diterjemahkan hingga kini. Tulisan ini ditemukan pada segel, tembikar, dan artefak lainnya, dan berisi simbol-simbol singkat yang diduga mewakili nama, barang, atau konsep. Ketidakmampuan modern untuk menguraikan sistem tulisan ini menyebabkan banyak aspek kehidupan masyarakat Lembah Indus tetap menjadi teka-teki besar bagi para arkeolog dan sejarawan.
Kehancuran dan Pelestarian
Sekitar 1900 SM, Mohenjo-Daro mulai mengalami kemunduran dan akhirnya ditinggalkan. Penyebabnya masih diperdebatkan hingga kini—beberapa teori menyebutkan bencana alam seperti banjir besar atau perubahan iklim, sementara yang lain menyebutkan pergeseran sungai atau invasi dari luar.
Kini, situs Mohenjo-Daro menghadapi tantangan pelestarian serius akibat erosi, kelembaban, dan aktivitas manusia. Pemerintah Pakistan dan komunitas internasional telah meluncurkan sejumlah program konservasi, namun keterbatasan sumber daya dan cuaca ekstrem masih menjadi kendala utama dalam mempertahankan warisan ini bagi generasi mendatang.
Kesimpulan
Mohenjo-Daro bukan hanya jejak arkeologi, tetapi saksi bisu dari sebuah peradaban yang maju dalam aspek teknik, sosial, dan budaya. Dalam struktur bata yang tersisa, sistem saluran air yang rapi, dan segel tanah liat yang belum terpecahkan, kita melihat gambaran masa lalu yang tidak hanya kaya, tetapi juga penuh pertanyaan. Peradaban Lembah Indus, melalui Mohenjo-Daro, mengajarkan kita bahwa kemajuan manusia tidak selalu bergantung pada kekuasaan, tetapi pada kemampuan beradaptasi, berorganisasi, dan hidup dalam keseimbangan dengan lingkungannya.